Senin, 10 Oktober 2011

Sitologi Darah

PENDAHULUAN

Kata Histology berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata Histos yang berarti jaringan dan kata Logia/Logos yang berarti ilmu pengetahuan/ ilmu yang mempelajari. Jadi secara harafiah dapat diartikan bahwa Histology adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang jaringan.Dari pengertian tersebut kemudian muncul suatu pertanyaan, yakni apa yang tercakup dalam istilah histology dewasa ini ? Setelah ditelusuri lebih jauh ternyata Anatomi dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah Anatomi Makroskopik yang artinya struktur tubuh yang dapat dilihat dengan mata telanjang, kelompok kedua Anatomi Mikroskopik artinya struktur tubuh yang hanya dapat dilihat dengan memakai alat bantu yaitu mikroskop.
Anatomi mikroskopik dikenal dengan istilah Histologi. Materi pembahasan pada anatomi mikroskopik dikelompokkan menjadi tiga. Kelompok pertama adalah Histology (ilmu yang mempelajari tentang jaringan), kelompok kedua adalah Organology (ilmu yang mempelajari tentang organ), dan kelompok ketiga adalah Sitology (ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk sel). Kelompok ketigan ini (sitologi) merupakan cikal bakal perkembangan ilmu-ilmu lain yang berhubungan dengan struktur molekuler sel, misal, ilmu Biology Molekuler. Ilmu Biology Molekuler dalam penerapan sering digunakan dalam teknology dibidang kedokteran yaitu Teknik Rekayasa Genetika.
Jadi Histologi tidak hanya mempelajari mengenai jaringan/organ juga mempelajari sel baik itu struktur maupun fungsinya, bahkan mempelajari sampai ketingkat sel/molekuler. Oleh karena itu histology merupakan dasar dari ilmu-ilmu yang lain seperti Patology, Virology, illmunologi, Biokimia, Fisiologi dll. 
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya sel dan logos artinya ilmu pengetahuan. Sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel. Sitologi darah berarti ilmu yang mempelajari tentang sel darah secara makroskopis.   




SITOLOGI DARAH
1.      DARAH
A.     Karakteristik
1.      Darah adalah sejenis jaringat ikat yang sel-selnya (elemen pembentuk) tertahan dan dibawa dalam matriks cairan (plasma).
2.      Darah lebih berat dibandingkan air dan lebih kental. Cairan ini memiliki rasa dan bau yang khas, serta pH 7,4 (7,35-7,45).
3.      Warna darah bervariasi dari merah terang sampai merah tua kebiruan, bergantung pada kadar oksigen yang dibawa sel darah merah.
4.      Volume darah total sekitar 5 liter pada laki-laki dewasa berukuran rata-rata, dan kurang sedikit pada perempuan dewasa. Volume ini bervariasi sesuai ukuran tubuh dan berbanding terbalik dengan jumlah jaringan adiposa dalam tubuh. Volume ini juga bervariasi sesuai perubahan cairan darah dan konsentrasi elektrolitnya.

B.     Komponen   
1.      Plasma darah adalah cairan bening kekuningan yang unsure pokoknya sama dengan sitoplasma. Plasma terdiri dari 92% air dan mengandung campuran kompleks zat organik dan anorganik.
a.       Protein plasma mencapai 7% plasma dan merupakan satu-satunya unsur pokok plasma yang tidak dapat menembus membran kapiler untuk mencapai sel. Ada tiga jenis protein plasma yang utama yaitu :
·        Albumin adalah protein plasma yang terbanyak, sekitar 55-60%, tetapi ukurannya paling kecil. Albumin disintesis dalam hati dan bertanggung jawab untuk tekanan osmotik koloid darah.
·        Globulin membentuk sekitar 30% protein plasma.
Alfa dan beta globulin disintesis di hati, dengan fungsi utama sebagai molekul pembawa lipid, beberapa hormon,berbagai substrat, dan zat penting tubuh lainnya.
Gamma globulin (immunoglobulin) adalah antibodi. Ada lima jenis immunoglobulin yang diproduksi jaringan limfoid dan berfungsi dalam imunitas.
·     Fibrinogen membentuk 4% protein plasma, disintesis di hati dan merupakan komponen esensial dalam mekanisme pembekuan darah.
b.      Plasma juga mengandung nutrien,gas darah, elektrolit, mineral, hormon,vitamin dan zat-zat sisa.
·   Nutrien meliputi asam amino, gula, dan lipid yang diabsorbsi dari saluran pencernaan.
·  Gas darah meliputi oksigen,karbon dioksida, dan nitrogen.
·  Elektrolit plasma meliputi ion natrium, kalium, magnesium, klorida, kalsium, bikarbonat, fosfat, dan ion sulfat.
2.      Elemen pembentuk darah meliputi sel darah merah (erittrosit), sel darah putih(leukosit) dan trombosit.

C.     Hematopoiesis (produksi) elemen pembentuk
1.      Area Pembentukan
a.       Selama perkembangan embrio, hematopoiesis pertama kali berlangsung dalam kantung kuning telur dan berlanjut di hati, limpa, nodus limpe, dan seluruh sumsum tulang janin yang sedang berkembang.
b.      Setelah lahir dan selama masa kanak-kanak, sel-sel darah terbentuk dalam sumsum semua tulang.
c.       Pada orang dewasa, sel darah hanya terbentuk pada sumsum tulang merah yang ditemukan dalam tulang membranosa seperti sternum, iga, vertebra, dan tulang ilia girdel pelvis. Sel-sel darah yang sudah matang masuk ke sirkulasi utama dari sumsum tulang melalui vena rangka.
2.      Difrensiasi sel darah. Semua sel darah diturunkan dari hemositoblas (sel batang primitif) pada pada sumsum tulang dan dibagi dan dibedakan menjadi lima jenis sel proeritroblas,mieloblas, limfoblas, monoblas, dan megakarioblas.

D.    Eritrosit atau sel darah merah
1.      Karakteristik
a.       Eritrosit merupakan diskus bikonkaf, bentuknya bulat dengan lekukan pada sentralnya dan berdiameter 7,65 µm.
b.      Eritrosit terbungkus dalam membran sel dengan permeabilitas tinggi. Membran ini elastis dan fleksibel, sehingga memungkinkan eritrosit menembus kapiler (pembuluh darah terkecil).
c.       Setiap eritrosit mengandung sekitar 300 juta molekul hemoglobin, sejenis pigmen pernapasan yang mengikat oksigen. Volume hemoglobin mencapai sepertiga volume sel.
1.      Struktur kimia hemoglobin
a.       Hemoglobin adalah molekul yang tersusun dari suatu protein, globin. Globin terdiri dari empat rantai polipeptida yang melekat pada empat gugus hem yang mengandung zat besi. Hem berperan dalam pewarnaan darah.
b.      Pada hemoglobin orang dewasa(HgA), rantai polipeptidanya terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai beta yang identik, masing-masing membawa gugus hemnya.
c.       Hemoglobin janin (HgF) terdiri dari dua rantai alfa dan dua rantai gamma, HgF memiliki afinitas yang sangat besar terhadap oksigen dibandingkan HgA.

2.      Fungsi hemoglobin
a.       Jika hemoglobin terpajan oksigen, maka molekul oksigen akan bergabung dengan rantai alfa dan beta, untuk membentuk oksihemoglobin.
b.      Hemoglobin berikatan dengan karbondi oksida di bagian asam amino pada globin. Karbaminohemoglobin yang terbentuk hanya memakai 20% karbon dioksida yang terkandung dalam darah, 80% sisanya dibawa dalam bentuk ion bikarbonat.

2.      Jumlah
Jumlah sel darah merah pada laki-laki sehat berukuran rata-rata adalah 4,2 sampai 5,5 juta sel per millimeter kubik. Pada perempuan sehat berukuran rata-rata, jumlah sel darah merahnya antara 3.2 sampai 5,2 juta sel per millimeter kubik.
Hematokrit adalah persentasi volume darah total yang mengandung eritrosit. Persentasi ini ditentukan dengan melakukan sentrifugasi sebuah sampel darah dalam tabung khusus dan mengukur kerapatan sel pada bagian dasar tabung.

3.      Fungsi
a.       Sel-sel darah merah mentranspor oksigen keseluruh jaringan melalaui pengikatan hemoglobin terhadap oksigen.
b.      Hemoglobin sel darah merah berikatan dengan karbon dioksida untuk ditranspor ke paru-paru, tetapi sebagian besar karbon dioksida yand dibawa plasma berada dalam bentuk ion bikarbonat. Suatu enzim (karbonat anhidrase) dalam eritrosit memungkinkan sel darah merah bereaksi dengan karbon dioksida untuk membentuk ion bikarbonat. Ion bikarbonat berdifusi keluar dari sel darah merah dan masuk ke dalam plasma.
c.       Sel darah merah berperan penting dalam pengaturan pH darah karena ion bikarbonat dan hemoglobin merupakan buffer asam-basa.

4.      Pengaturan produksi sel darah merah
a.       Produksi eritrosit diatur eritropoitin, suatu hormon glikoprotein yang diproduksi terutama oleh ginjal. Kecepatan produksi eritropoitin berbanding terbalik dengan persediaan oksigen dalam jaringan.
b.      Faktor apapun yang menyebabkan jaringan menerima volume oksigen yang berkurang (anoksia) akan mengakibatkan peningkatan produksi eritropoitin, sehingga semakin menstimulasi produksi sel darah merah.
c.       Hormone lain, seperti kortison, hormone tiroid, dan hormone pertumbuhan juga mempengaruhi produksi sel darah merah.

5.      Faktor diet esensial untuk produksi sel darah merah
a.       Zat besi penting untuk sintesis hemoglobin oleh eritrosit. Zat ini diabsorpsi dari makanan sehari-hari dan disimpan diberbagai jaringan, terutama di hati.
b.      Tembaga merupakan bagian esensial dari protein yang diperlukan untuk mengubah besi feri menjadi besi fero.
c.       Vitamin tertentu seperti asam folat, vitamin C dan vitamin B12 berperan penting dalam pertumbuhan normal dan pematangan sel darah merah.

6.      Umur dan destruksi eritrosit
a.       Sel darah merah biasanya bersikulasi selama 120 hari sebelum menjadi rapuh dan mudah pecah. Walaupun sel darah merah matang tidak memiliki nuklei, mitokondria ataupun reticulum endoplasma, enzim sitoplasmanya mampu memproduksi ATP untuk waktu yang terbatas ini.
b.      Fragmen sel darah merah yang rusak atau terdisintegrasi akan mengalami fagositosis oleh makrofag dalam limfa, hati, sumsum tulang dan jaringan tubuh lain.

7.      Pertimbangan klinis
a.       Anemia adalah defisiensi sel darah merah atau kekurangan hemoglobin. Hal ini mengakibatkan penurunan jumlah sel darah merah, atau jumlah sel darah merah tetap normal tetapi jumlah hemoglobinnya subnormal. Karena kemampuan darah untuk membawa oksigen berkurang, maka individu akan terlihat pucat atau kurang tenaga. Beberapa jenis anemia antara lain:
·        Anemia hemoragi terjadi akibat kehilangan darah akut
·        Anemia defisiensi zat besi terjadi akibat penurunan asupan makanan, penurunan daya absorbs, atau kehilangan zat besi secara berlebihan.
·        Anemia aplastik (sumsum tulang tidak aktif), ditandai dengan penurunan sel darah merah secara besar-besaran.
·        Anemia pernicious karena tidak ada vitamin B12.
·        Anemia sel sabit (sickle cel anemia) adalah penyakit keturunan dimana molekul hemoglobin yang berbeda dari hemoglobin normalnya karena penggantian salah satu asam amino pada rantai polipeptida beta.
b.      Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah dalam sirkulasi yang mengakibatkan peningkatan viskositas dan volume darah. Polisitemia ada beberapa diantaranya:
·        Polisitemia kompensatori (sekunder) dapat terjadi akibat hipoksia (kekurangan oksigen) karena kediaman permanen di dataran tinggi, aktivitas fisik berkepanjangan, penyakit paru atau penyakit jantung.
·         Polisitemia vera adalah gangguan pada sumsum tulang.

E.     Leukosit atau sel darah putih
1.      Karakteristik
1.      Jumlah
Jumlah normal sel darah putih adalah 7000-9000 per millimeter kubik. Infeksi atau kerusakan jaringan mengakibatkan peningkatan jumlah total leukosit.
2.      Fungsi
1.      Leukosit berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi benda asing termasuk bakteri dan virus.
2.      Sebagian besar aktivitas leukosit berlangsung dalam jaringan dan bukan dalam aliran darah.
3.      Diapedesis. Leukosit memiliki sifat diapedesis yaitu kemampuan untuk menembus pori-pori membran kapiler dan masuk ke dalam jaringan.
4.      Gerakan amuboid. Leukosit bergerak sendiri dengan gerakan amuboid (gerakan seperti gerakan amuba). Beberapa sel mampu bergerak tiga kali panjang tubuhnya dalam satu menit.
5.      Kemampuan kemotaksis. Pelepasan zat kimia oleh jaringan yang rusak menyebabkan leukosit bergerak mendekati (kemotaksis positif) atau menjauhi (kemotaksis negatif) sumber zat.
6.      Fagositosis. Semua leukosit adalah fagositik, tetapi kemampuan ini lebih berkembang pada neutrofil dan monosit.
7.      Rentang kehidupan. Setelah diproduksi di sumsum tulang, leukosit bertahan kurang lebih satu hari dalam sirkulasi sebelum masuk ke jaringan. Sel ini tetap dalam jaringan selama beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan bergantung jenis leukositnya.

2.      Klasifikasi leukosit
Ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah yand dibedakan berdasarkan ukuran, bentuk nukleus, dan ada tidaknya granula sitoplasma. Sel yang memiliki granula sitoplasma disebut granulosit. Sel tanpa granula disebut agranulosit.
Granulosit terbagi menjadi neutrofil, eusinofil, dan basofil berdasarkan warna granula sitoplasmanya saat dilakukan pewarnaan dengan zat warna darah Wright. Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih. 
Neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki 3-5 lobus yang terhubungkan dengan benang kromatin tipis diameternya mencapai 9-12µm. neutrofil sangat fagositik dan sangat aktif, sel-sel ini sampai di jaringan terinfeksi untuk menyerang dan menghancurkan bakteri, virus atau agens penyebab cedera lainnya.
Eusinofil mencapai 1-3% jumlah sel darah putih. Eosinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan pewarnaan oranye kemerahan. Sel ini memiliki nukleus berlobus dua, dan berdiameter 12-15µm. Neutrofil berfungsi dalam detoksikasi histamin yang diproduksi sel mast dan jaringan yang cedera saat inflamasi berlangsung, dapat menguraikan protein.
Basofil mencapai kurang dari 1% jumlah leukosit. Basofil memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak beraturan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus berbentuk S diameternya sekitar 12-15 µm. Fungsi basofil yaitu meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera, membantu mencegah penggumpalan darah intravaskuler.
Agranulosit adalah leukosit tanpa granula sitoplasma yaitu limfosit dan monosit. Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah. Limfosit mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang dikelilingi lapisan tipis sitoplasma. Ukurannya 5.8 sampai 15µm. Berfungsi dalam reaksi imunologis.
Monosit mencapai 3-8% jumlah total leukosit. Diameternya berukuran 12-18µm. Nukleusnya besar berbentuk seperti telur /ginjal yang dikelilingi sitoplasma berwarna biru keabuan pucat.
3.      Pertimbangan klinis
a.       Leukemia adalah sejenis kanker yang ditandai dengan proliferasi sel darah putih yang tidak terkendali.
b.      Mononukleosis infeksius disebabkan oleh virus Epstein-Barr yang ditandai dengan adanya peningkatan jumlah limfosit dan ketidakseimbangan jumlah sel yang abnormal dan tidak matang.
c.       AIDS (Acquired immune deficiency syndrome) disebabkan HIV (human immunodeficiency virus), merusak sistem kekebalan tubuh dengan cara menyerang rangkaian limfosit tertentu yang disebut sel T.

F.      Keping darah(trombosit) berjumlah 250.000 sampai 400.000 per millimeter kubik. Bagian ini merupakan fragmen sel tanpa nukleus yang berasal dari megakariosit raksasa multinukleus dalam sumsum tulang. Ukuran trombosit mencapai setengah ukuran sel darah merah. Sitoplasmanya terbungkus suatu membran plasma dan mengandung berbagai jenis granula yang berhubungan dengan proses koagulasi darah. Trombosit berfungsi dalam hemostatis (penghentian perdarahan) dan perbaikan pumbuluh darah yang robek.
Mekanisme homeostatis dan pembekuan darah melibatkan suatu rangkaian proses yang cepat yaitu vasokonstruksi dan plug trombosit. Pembentukan bekuan darah yaitu dengan mekanisme ekstrinsik yaitu pembekuan darah dimulai dari faktor eksternal pembuluh darah itu sendiri dan mekanisme instrinsik yaitu pembekuan darah berlangsung dalam cara yang lebih sederhana dari mekanisme ekstrinsik.
Sumber faktor-faktor pembekuan yaitu hati dan vitamin K. Pencegahan terjadinya bekuan darah pada pembuluh yang tidak cedera yaitu dengan antikoagulan, antitrombin, heparin, lapisan endotelial halus pada pembuluh darah dan prostasiklin (PGI2).
Abnormalitas pembekuan, bekuan yang abnormal disebut trombus. Trombus yang terlepas dan ikut dalam aliran darah disebut embolus. Kedua jenis bekuan ini dapat menyumbat aliran darah. Trombositopenia adalah suatu kondisi dimana terdapat sejumlah kecil trombosit abnormal dalam darah yang bersirkulasi (di bawah 100.000 pem millimeter kubik).ini akan memperlama waktu koagulasi dan memperbesar resiko terjadinya perdarahan dalam pembuluh darah kecil di seluruh tubuh. Trombositopenia disebabkan oleh reaksi awal terhadap obat-obatan,maglinansi sumsum tulang atau radiasi ion yang merusak sumsum tulang. Hemophilia adalah gangguan berkaitan dengan jenis kelamin secara herediter, akibat tidak adanya beberapa faktor pembekuan. Transfusi perlu dilakukan untuk mengganti faktor-faktor yang hilang jika terjadi cedera ringan yang diikuti dengan perdarahan yang berlebihan.














DAFTAR PUSTAKA / BAHAN BACAAN
Drs. H. Syaifuddin, AMK. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi Ketiga. Jakarta:  Penerbit Buku Kedokteran EGC.
dr.Jan Tambayong. (2001). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Keperawatan.Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Omar Faiz Dan David Moffat. (2003).  At a Glance Anatomi.Jakarta : Erlangga.
Ethel Sloane. (2003). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Roger Watson. (2001). Anatomy And Physiology For Nurses Eleventh Edition. New Delhi India : Published by Elsevier.
Evelyn C Pearce. (1999). Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar